Monday, 20 February 2012

Liputan Harian Kontan Tentang Koro Pedang Damar Sindoro Sumbing


Agribisnis Kacang Koro Pedang
Menyaingi Fungsi Kedelai, Koro Pedang Makin Diminati


Eka Saputra, Noverius Laoliudidaya kacang koro pedang makin diminati petani. Peluang kacang ini cukup besar karena permintaan yang tinggi di pasaran. Kacang ini diminati karena menjadi alternatif bahan baku tahu tempe pengganti kedelai. Sekali panen, satu hektare lahan koro pedang bisa menghasilkan Rp 12 juta.

BAGI kebanyakan orang Indonesia, kacang koro pedang atau Canavalia ensiformis masih tergolong sebagai sumber bahan pangan baru. Maklumlah, salah satu varian kacang koro ini baru ramai dibudida-yakan setahun terakhir.

Kacang ini banyak dibudi-dayakan sebagai altematif pengganti kedelai untuk bahan dasar pembuatan tahu dan tempe. "Kacang koro pedang mulai ramai dibudi-dayakan sejak tahun 2011, saat harga kedelai terus naik," kata petani kacang koro pedang di Temanggung, Jawa Tengah, Tri Bardkah.

Para petani kacang koro pedang di daerah ini berhim-pun di dalam Komunitas Damar Sindoro-Sumbing. Di komunitas tersebut, Tri Barokah menjadi ketuanya Komunitas Damar Sindoro-Sumbing menanam kacang koro pedang di lahan seluas 12 hektare (ha). Dari setiap ha, mereka menghasilkan 4 - 8 ton koro pedang setiap panen si niImi Rp 12 juta. Dalam setahun, petani bisa mema-nen tiga kali panen.

Setelah dikurangi biaya produksi, seperti bibit, tenaga kerja, dan pupuk, laba bersih setiap hektare berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta Tri Barokah menilai, prospek budidaya koro pedang cukup bagus. Permintaan di Jawa Tengah saja bisa mencapai 100 - 200 ton per bulan. Itu belum termasuk permintaan dari pasar ekspor. "Jangankan ekspor, memenuhi dalam negeri saja belum bisa," ujarnya.

Hal yang sama juga dialami Sapari, petani koro pedang dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Ia mengaku, permintaan koro pedang di Jawa Tengah sangat tinggi. "Produksi kami belum mencukupi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah," ujarnya

Total areal tanaman koro pedang di Kendal hanya sekitar 10 ha. Sapari sendiri hanya memiliki seperempat hektare. Meski tidak begitu luas, ia mengaku hasil panen dari menanam kacang inilumayan memuaskan. "Karena dalam setahun, saya bisa panen sampai empat kali," ujarnya.

Kacang koro ini disebut pedang karena bentuk polongnya yang memanjang seperti tuas pedang. Panjang . polongnya bisa mencapai 30 centimeter (cm) hingga 40 cm. Bentuknya memang menyerupai kedelai, namun warnanya lebih putih ketimbang kedelai.

Rasa dan kandungan gizinya pun dinilai tidak kalah dibandingkan dengan kedelai. "Selain lebih bandel, koro pedang juga gampang tumbuh," ujar Tri. Ia berharap, suatu saat nanti, koro pedang bisa menggantikan kedelai sebagai balian baku tahu dan tempe. Ia mengklaim, kacang ini memiliki beberapa kelebihan dibanding kedelai.. Contohnya, dengan berat bahan yang sama, hasil tempe berbahan koro pedang lebih banyak 25%-30% ketimbang tempe kedelai.

Sumber : Harian Kontan :http://peluangusaha.kontan.co.id/news/kacang-kara-pedang-makin-diminati-saja-1

1 komentar:

DSS said...

Utk permintaan saat ini bukan 10.000 ton/ bulan , tp di kisaran 100 - 200 ton/ bulan ( Meralat informasi ) dr harian Kontan edisi 21 Pebruari 2012, trimakasih.

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes